Hanya Untuk Kepuasan Jiwa...

"Jika Anda ingin mengenal Dunia, maka Membacalah. Dan jika Anda ingin Dunia Mengenal Anda, maka Menulislah"
Sesuatu yang paling membahagiakan bagi jiwa ini adalah ketika dapat mengeluarkan segala potensi yang dipunya. dan menulis adalah salah satu sarana dalam mengeksplorasi kemampuan dengan mencatat segala pengalaman yang didapat agar bertambah ilmu yang dimiliki...
semoga tulisan ini dapat selalu menjadi manfaat minimal bagi diri sendiri dan bagi pembaca yang lain..

Rabu, 02 Mei 2012

Kisah Sedih Bersama Tukang Parkir


Kisah Sedih Bersama Tukang Parkir
Kadang, peristiwa yang dulunya membuat diri marah, frustasi sampai stress dapat berubah menjadi bahan tertawaan jika diingat – ingat lagi kejadiannya. Padahal, kerugian yang diakibatkan hal itu menguras biaya yang tidak sedikit. Kawan, aku ingin berbagi pengalaman dengan kalian, dan semoga mendapatkan banyak pembelajaran dari kisah konyolku ini.
Kisah ini terjadi saat awal kali aku diajari nyetir mobil oleh Ayah. Namanya juga anak SMA, diajari nyetir mobil merupakan pengalaman hal yang sangat membanggakan. Aku sangat bersemangat belajar mengemudi. Bukan tanpa alasan mengapa aku sangat girang belajar menyetir mobil, karena aku membayangkan siklus kehidupan yang akan kujalani ke depan jika aku sudah bisa mengendarai mobil.
Pertama, setelah aku benar – benar mahir mengendarai mobil, aku akan pamerkan kemampuanku kepada teman – teman sekolah, secara jarang sekali anak di SMA ku yang bisa nyetir mobil karena kebanyakan hanya bisa nyetir becak. Yah, walau nanti yang kubawa bukan mobil mewah, melainkan angkot buluk milik Ayah yang biasa dipakai ngangkut bawang dan cabai di pasar.
Kedua, otomatis kalau aku sudah menunjukkan skill mengemudikan mobil, minimal aku akan diperhitungkan oleh cewek – cewek untuk jadi gebetannya. Tapi mungkin nanti nasib akan berkata lain, karena aku yakin mereka lebih suka naik odong – odong daripada naik angkot buluk ini.
Ketiga, ini yang paling penting, aku akan dapat penghasilan tambahan sebagai supir antar jemput anak sekolah. Namun sepertinya bisnis ilegalku ini tidak akan sukses, sebab para orang tua murid pasti takut aku menculik anak – anak mereka dengan alasan wajahku mirip dengan terdakwa kasus pencabulan sapi di bawah umur seminggu yang lalu.
Sekarang hari pertama aku diajari nyetir mobil. Seperti pada umumnya, pembelajaran diawali oleh teori mengemudi. Bagaimana mana memasukkan gigi, bagaimana memegang setir secara efektif, bagaimana cara memarkirkan mobil, sampai diajari bagaimana mengganti ban serep. Lalu, teori – teori itu ku praktekkan dengan lancar, mulus, pertanda bahwa aku anak pinter dan biar kalau sudah gede jadi dokter (lagu boneka Susan dan Kak Ria Enes mengalun dari kejauhan). Akan tetapi, dari semua praktek yang kujalani, yang paling sulit adalah memarkirkan mobil dengan berjalan mundur, alias return atau dalam bahasa Jawanya Atret. Sudah tak terhitung berapa banyak tukang becak kuserempet, tak terhitung berapa banyak pula nona – nona manis harus bergelimpangan di jalan karena terlindas mobilku. Semakin banyak korban yang berjatuhan akibat ulahku, semakin banyak pula aku kena semprot Ayah.
Seminggu kemudian…
Dan, parking area mall X inilah yang menjadi saksi tuna wicara (baca : bisu) dari puncak kemarahan Ayah atas kedunguanku memarkirkan mobil. Sebenarnya ini bukan murni kesalahanku, ada pihak lain yang turut andil dalam kejadian nahas ini, dialah si tukang parkir dodol. Hari itu, aku bersama semua anggota keluarga pergi berbelanja, sekalian refreshing katanya. Nah, kebetulan Ayah mempercayakan mobil barunya dikemudikan oleh anak bau kencur, yaitu aku sendiri. Entah kemarin beliaunya bermimpi apa, kok tiba – tiba menyuruh aku yang menyetir mobil. Mungkin Ayah mau memberikan pengalaman yang lebih banyak kepadaku atau apalah, tapi yang jelas keputusan yang beliau ambil salah besar. Karena sejak malam itu, mobil kesayangannya harus “opname”.
Ceritanya, waktu sudah masuk area parkir mall, ada seseorang berseragam melambai – lambaikan tangannya kepadaku, mengisyaratkan aku untuk mengikuti perintahnya. Ku kira orang itu pengemis, eh ternyata dia juru parkir mall. Cap cus, aku injak pedal gas ke arah tukang parkir itu. Kemudian si tukang parkir memerintahkan aku untuk memarkirkan mobil di tempat yang dia tunjuk, tempatnya agak sempit, karena memang waktu itu parkiran sangat padat kendaraan. Tanpa buang waktu, kujalankan mundur mobilku perlahan, di komandoi oleh si tukang parkir dengan kata – kata “Terus… Terus…. Masih jauh…!” Yah, sebagai driver pemula aku merasa nyaman dengan aba – aba itu, karena ada yang mengawasi mobil agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan seperti menyerempet mobil lain dan sebagainya. Perlahan - lahan aku memundurkan mobilku, namun kayaknya si tukang parkir dodol tidak sabar melihat mobil berjalan seperti keong. Perintahnya semakin keras dan tegas, “Teruuuuusss… Masih jauh mas….. Ayo cepat!” merasa didesak, aku menambah kecepatan mobil, tapi alarm mobil sudah berbunyi tanda di belakang mobil ada sesuatu benda, dan saat kutolehkan wajahku ke belakang, benar sekali, aku melihat ada tembok besar berwarna hijau. Merasa semakin dekat dengan tembok, kembali kuturunkan kecepatan, tapi lagi – lagi si tukang parkir tidak sabar, dia kembali berteriak, “Teruuuuussss…. Masih jauh temboknya…!” Kayaknya, si tukang parkir sudah kebelet pipis. Alarm semakin berbunyi keras, sama kerasnya dengan suara si tukang parkir bilang “Teruuss…” kurasa body belakang mobil sudah berjarak sangat dekat dengan tembok pembatas, lalu ku rem mobil, namun lagi – lagi si tukang parkir masih bilang “Teruuuuss….” Kumundurkan lagi mobilnya pelan semakin mendekat dengan tembok, si tukang parkir masih bilang “Teruuus mundur…” kugas mundur lagi pelan, semakin dekat dan semakin dekat jarak mobil dengan tembok, semakin dekat dengan tembok semakin lantang pula si tukang parkir berteriak “Teruuus…” jantungku mulai dag dig dug der. Semakin dekat, semakin dekat si tukang parkir masih bilang “Teruus…” dan “BRUGGGG.” Suara khas dari dua benda yang berbenturan dengan keras terdengar di telingaku, sedetik kemudian kudengar suara si tukang parkir dodol yang berteriak “STOOOP…..” Terlambat. Mobilku sudah menabrak tembok. Dan, aku harus menerima kenyataan bahwa body bagian belakang mobilku ringsek alias penyok karena berbenturan dengan tembok. Aku turun dan menyalahkan si tukang parkir tapi dia nyelonong pergi meninggalkan kami sambil berseloroh, “Kan tadi aku sudah bilang STOP, kok malah diterusin.” Aku menimpali, “Woy, tapi situ bilang STOP nya setelah mobilku kelar numbuk tembok, tau.” Tapi, dengan ekspresi wajah tanpa dosa si tukang parkir terus aja ngibrit pergi menjauhiku dan kayaknya dia bakal markir mobil lain yang baru datang. Lalu kami sekeluarga meratapi kepenyokan body mobil, dengan membuat lingkaran kecil dan tahlilan di area parkir mall sambil ngunyah sandal jepit.
Sudahlah, ndak usah ku ceritakan bagaimana ngomelnya Ayah lihat mobilnya yang sekarat, karena kata – kata yang dilontarkan Ayah tidak baik dikonsumsi buat anak usia lima belas tahun kesamping. Tapi, jika diingat – ingat dan kuceritakan tentang kejadian bersama si tukang parkir di mall itu, aku jadi ketawa – ketawa sendiri, dengan alasan di jaman seperti ini kok masih ada orang yang telat mikir (baca : telmi) seperti dia? Kalau seumpama dia hidup di jaman peperangan melawan penjajah, mungkin setelah kepalanya tertembak oleh musuh, baru dia tiarap dan berteriak “Awas ada musuh menembak…” Hehe.
 Ini peringatan buat kalian para driver pemula untuk hati – hati dalam mengemudikan mobil terutama saat memarkirkan. Juga hati – hati di jalan, gak usah ngebut – ngebut di jalan deh karena ngebut itu gak ada gunanya. Ingat prinsip yang satu ini : NGEBUT MENYEBABKAN KEPALA BENJUT. Key, sekian dulu ya cerita konyol dari aku. Ini ceritaku, mana ceritamu ?
Surabaya, 03 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar