Hanya Untuk Kepuasan Jiwa...

"Jika Anda ingin mengenal Dunia, maka Membacalah. Dan jika Anda ingin Dunia Mengenal Anda, maka Menulislah"
Sesuatu yang paling membahagiakan bagi jiwa ini adalah ketika dapat mengeluarkan segala potensi yang dipunya. dan menulis adalah salah satu sarana dalam mengeksplorasi kemampuan dengan mencatat segala pengalaman yang didapat agar bertambah ilmu yang dimiliki...
semoga tulisan ini dapat selalu menjadi manfaat minimal bagi diri sendiri dan bagi pembaca yang lain..

Rabu, 02 Mei 2012

Kapan Nyusul ?



Rasanya nyesek banget dada ini kalau selalu ditanya hal – hal yang nadanya menjurus ke arah ngebanding – bandingin kita dengan orang lain. “Harusnya kamu tiru si itu,” “Sebaiknya sikapmu harus kayak si ini,” “Seandainya kamu pinter seperti si anu.” Dibanding – bandingin seperti itu membuat aku pingin muntah pizza saja. Hal tidak mengenakkan itu pernah terjadi kepadaku beberapa kali. Sebenarnya, bukan aku ndak suka ditanya seperti itu, tapi kurang enak aja kedengarannya di telinga (sama aja tau).
Contohnya nih ya, Mat Gofar (orang Inggris memanggilnya, Mc Gaffer), kakak kelasku sewaktu kuliah. Aku kenalnya waktu dia jadi mahasiswa perbaikan di kelasku, rambutnya kepalanya gondrong, rambut keteknya juga sama gondrongnya. Mat Gofar ini tipe orang yang suka nyindir. Nah, karena udah nyelesain urusan perkuliahannya, sim sala bim, dia di wisuda juga bareng teman – teman sekelasku yang lain. Sedang aku ? Masih harus berkutat dengan judul skripsi yang berkali – kali ditolak karena tidak masuk akal katanya. Padahal menurutku judul skripsi yang kuajukan sangat bagus dan terkesan bernilai intelektual tinggi. Misal :
  1. “Hubungan Antara Politik Islam dengan Kenaikan Harga Sandal Jepit”, Studi Kasus Pengambilan Kebijakan Ta’mir Masjid Al – Ihsan Menangani Maraknya Pencurian Sandal Jepit.
  2. “Dampak Kenaikan Harga Pentol Terhadap Belajar Mengajar di Kampus”.
Yah, gimana lagi ? Ditolak terus, padahal aku mendapatkan judul itu dari hasil perenungan mendalam di Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Tapi tak apalah, judul skripsi ditolak, mertua bertindak.
Walaupun masih belum lulus, aku tidak akan melewatkan prosesi wisuda teman – teman sekelasku yang telah lebih dahulu mendahuluiku (emang wafat ?). Dan, hari itu aku sengaja datang untuk memberikan support dan ucapan selamat kepada mereka walau dalam hati miris juga belum lulus – lulus dengan usia seperti ini. Aku malu sama kumis yang udah gondrong ini.
Di sela – sela prosesi kelulusan itu, tiba – tiba Mat Gofar menghampiriku dengan toga yang dikenakannya. Entah apa maksudnya, namun sedetik kemudian dia bertanya kepadaku, “Kapan nyusul kita - kita, hah? Harusnya kamu tiru kita – kita yang lulus tahun ini.” Pertanyaan yang diucapkan dengan nada sedikit berbau meremehkan. Kujawab aja sekenanya, “Tahun depan InsyaAllah, mas.” Eh, ndak taunya dia malah menimpali, “Halah, paling – paling kamu gak lulus sampai semester empat belas.” Ya ampun orang ini nyebelin banget sih, orang dia juga molor satu tahun aja kok, batinku. Lalu aku pergi meninggalkannya dengan cara pura - pura pipis di pinggir lapangan (pura – pura lho ya).
Kejadian waktu acara wisuda itu sih sebenarnya sudah kulupakan dan sudah kuharap tidak ada sindiran semacam itu lagi. Namun, kayaknya takdir menentukan lain. De javu terulang kembali. Ceritanya, waktu aku menghadiri acara pernikahannya Rani, teman sekelasku yang sudah kelar kuliahnya. Saat itu, aku sedang enak – enaknya hunting makanan gratis ala pesta pernikahan (sebenarnya gak gratis sih, kan aku juga harus ngasih amplop), eh sekonyong – konyong ketemu lagi ama Mat Gofar yang ketika itu bergandengan mesra dengan seorang gadis. Kayaknya sih pacarnya, atau mungkin pembantunya. Aku menatapnya dengan senyum mengembang di bibir. Dia membalasnya dengan senyuman khas orang yang jempol kakinya kelindas angkot. Lalu, peristiwa mengenaskan itu terjadi lagi saat dia memulai pertanyaannya, “Kapan nyusul Rani ?” Nah lho ! Terus dengan santai aku jawab “Kapan – kapan aja mas, nunggu lulus kuliah dulu.” Tapi tidak dinyana dia berseloroh, “Kapan – kapan itu kapan? Model anak kayak dirimu itu jarang ada cewek yang mau.” Busyet dah, ini orang kok nyebelinnya minta ampun bener. Aku meninggalkan Mat Gofar dengan muka suntuk dan tak berucap satu kata pun.
Sehabis memberikan selamat kepada kedua mempelai, aku pulang dengan satu pertanyaan yang selalu menggelantung di kepalaku, kenapa sih setiap ketemu aku kok orang - orang selalu bilang, “Kapan nyusul si ini?”, “Kapan nyusul si itu?” Kan terserah aku kapan aku nyusul siapa, orang juga hidup – hidupku sendiri kok. Tapi kemudian aku akui bahwa kalimat tanya itu bisa berefek positif bila dimaknai dengan positif juga. Asalkan untuk alasan kebaikan, seharusnya kalimat “Kapan nyusul?” itu harus menjadi motivasi bagiku. Eh, akhir – akhirnya rasa jengkel kepada Mat Gofar luntur secara perlahan. Bahkan aku harus berterimakasih kepadanya, karena dia sudah “mencambukku” agar bisa segera menyelesaikan kuliah, dan emm segera menikah jika ada perempuan yang mau denganku.     
Dua minggu kemudian aku dihubungi teman kuliah bahwa salah satu dosen terbaik yang pernah mengajar di kelas kita meninggal dunia. Innalillahi wa innalillahi roji’un. Detik itu pula aku pergi ta’ziah dirumah duka. Setelah itu aku dan teman – teman yang lainnya mengantar jenazah ke pemakaman. Sedih sekali rasanya ditinggal orang sebaik beliau. Rasanya baru kemarin beliau mengajar kami, sekarang sudah meninggalkan kami untuk selamanya. Aku masih ingat saat dengan semangatnya beliau mengajarkan mata kuliah Antropologi, senyumnya yang hangat saat mengawali perkuliahan, serta tidak suka marah. Ah, kenapa orang baik selalu cepat dipanggil, gumamku.
Sesaat setelah jenazah ditimbun oleh tanah, tidak sengaja aku melihat Mat Gofar berdiri tidak jauh dariku.. Tidak seperti biasanya dia diam seribu bahasa. Kali ini aku pergi menghampirinya. Lalu di atas pemakaman sang dosen, aku bertanya kepada Mat Gofar, “Kapan nyusul pak dosen, mas?” Eh, dianya malah marah - marah. Padahal, aku kan  cuma bertanya apa yang biasa dia tanyakan ke aku. Kok dia jadi sewot ?

Surabaya, 02 April 2012

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar